JANGAN GOLPUT
Kurang dari 70 (tujuh puluh) hari, Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi lima tahunan untuk menentukan wakilnya di DPR/DPRD/DPD dan juga presiden. Saat yang ditunggu-tunggu, sekaligus saat yang paling menegangkan dan menguras energi. Bukan karena media yang turut andil membuat suhu politik memanas, tapi lebih dari itu, satu menit di balik kotak pemilihan suara menentukan kehidupan bangsa di lima tahun ke depan.
Gereja Katolik tentu juga harus menanggapi situasi ini. Melalui MKS-SMTA-MPK KAJ (Majelis Pendidikan Katolik Musyawarah Kepala Sekolah Keuskupan Agung Jakarta), Gereja Keuskupan Agung Jakarta mengadakan sebuah talkshow kebangsaan bertema “Kita Berhikmat, Bangsa Bermartabat” di Canisius College. Nara sumber adalah DR J. Kristiadi, RD Benny Susetyo, RP DR B. Herry Priyono, SJ.  Program ini dibuat berdasarkan situasi kekinian. Masih banyak pemilih pemula yang kebingungan. Mereka adalah pelajar, yang masih bisa diombang-ambingkan dengan pelbagai narasi hoaks dan data fiktif. Mereka bisa salah memilih atau yang ekstrem, mereka tidak mau memilih sama sekali alias golput.
Hari ini, jagat nyata menyuguhkan alat kampanye di mana-mana. Media elektronik menyajikan program saling serang para tim sukses.  Jagat maya lebih getol lagi dalam meramaikan pesta akbar ini. Bahkan, yang terakhir ini yang paling banyak menyita perhatian para kontestan dan calon legislatif untuk mendulang suara. Martabat sebuah politik apakah seperti ini?
Sebagai orang Katolik, kita harus sungguh terlibat dalam percaturan politik yang tengah berjalan. Sebagai werga negara yang baik, kita mesti memilih wakil rakyat dan presiden yang akan membawa bangsa ini lima tahun ke depan. Jangan Golput. Bukan zamannya lagi golput. Golput adalah sikap ketidapedulian kita akan hidup berbangsa. Golput hanyalah cara yang naif bagi orang yang tidak mau bertanggung jawab. Kita bukan memilih pemimpin yang sempurna, tetapi kita menjaga agar negara ini tidak dipimpin oleh orang yang salah. Demikian inti pesan semua pembicara di hari itu (22/1/2019).
Warga negara Indonesia patut bertindak politik. Pada tanggal 17 April 2019, semua warga negara Indonesia yang sah secara hukum wajib melakukan tindakan politik. Memilih pemimpin dan wakil rakyat adalah kewajiban. Namun, kita perlu dibekali pendidikan politik yang jernih dan jujur. Perlu memahami politik dalam kerangka dan wawasan kebangsaan. Berpolitik dalam semangat Pancasila; yang menghargai keanekaragaman. Berpolitik dengan mengedepankan nilai kemanusiaan. Itulah politik yang bermartabat. Jangan sampai kita menjadi korban dari politik. Kita tetap tuan atas politik. Untuk itu, jangan memilih pemimpin yang akan menghancurkan bangsa ini. Jangan memilih wakil rakyat yang diusung oleh partai-partai yang terang-terangan menolak kenakeragaman agama, suku dan ras. Jangan mendukung dan masuk dalam partai yang bermasalah dengan korupsi. Pandailah memilih pemimpin dan wakil rakyat yang memang mengabdi untuk kepentingan bersama. Ikutlah berjuang bersama mereka yang sungguh punya passion untuk kepentingan rakyat. Jangan golput.